LAZ DKD

Jibiliyah & Thama’ dalam persimpangan “Syariah”

Rakus bawaan dan rakus buatan adalah sifat yang dijelaskan dalam hadits yang muttafaqun ‘alaih (HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048), yang berbunyi, “Andai seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan merasa puas selain tanah (yaitu setelah mati). Dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.”

Manusia adalah salah satu dari milyaran makhluk ciptaan Allah yang sangat diistimewakan. Keistimewaan ini diberikan karena manusia menjadi makhluk “Mukallaf”, yaitu makhluk yang diberi dan menerima beban syari’ah sepanjang hidupnya di dunia. Oleh karena itu, Allah memberikan fasilitas kehidupan yang sebanyak-banyaknya (turah-turah) untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat serta untuk mewujudkan kehendak-Nya.

Allah juga mengaruniakan kepada manusia sifat “Jibiliyah”, yaitu karakter bawaan untuk mencintai harta dan fasilitas yang memudahkan kehidupan. Selain itu, Allah menguji manusia dengan karakter “Thama”, yaitu keinginan untuk menumpuk harta tanpa peduli bagaimana cara memperolehnya dan untuk apa harta tersebut digunakan.

Rasulullah SAW bersabda, “Bertambahnya kedewasaan manusia diiringi dengan bertambahnya dua kecintaan: cinta harta dan panjang usia.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kenapa kita dikaruniai karakter cinta harta? Hidup di dunia ini sudah ditetapkan oleh Allah dengan hukum kausalitas (sebab akibat), yang mengharuskan kita untuk membutuhkan harta. Allah juga telah menetapkan syari’ah halal dan haram dalam mendapatkan dan menggunakan harta, yang berfungsi sebagai tali kekang agar kita tidak terjerumus dalam kehinaan.

Solusi untuk hal ini adalah sikap qona’ah, yaitu merasa cukup dengan yang mubah, thoyyib, dan halal saja. Kita sebaiknya tidak tertarik atau melirik hal-hal yang makruh, merusak, atau haram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *